Sabtu, 16 November 2013

Dahlan Iskan Berpesan Para Sarjana Agar Memilih Lebih Wiraswasta Dibanding Pegawai

Jakarta (KepriExpose) | Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan berpesan kepada para mahasiswa yang akan lulus kuliah dan Sarjana agar lebih memilih berwiraswasta daripada berbondong-bondong mendaftar jadi pegawai.

"Saya dorong agar berubah pikiran, jangan semua jadi pegawai, mulailah berwirausaha sejak dini. Meskipun kecil-kecilan itu baik bagi negara," kata Dahlan seusai berorasi di acara Wisuda Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) 2013 di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, untuk menampung lulusan universitas dan tenaga kerja yang semakin bertambah setiap tahun, maka perekonomian nasional harus kuat dan dijaga agar terus tumbuh.

Tumbuhnya usaha-usaha baru, lanjut dia, justru akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Menurut Dahlan, memulai usaha tidak perlu dengan modal besar, karena yang dibutuhkan adalah kemauan, sedangkan modal usaha bisa didapat dari tabungan pribadi atau bank yang menyediakan modal usaha bagi pemula.

"Ciri khas entrepreneur itu tidak manja. Saya pernah bertemu dengan sekelompok mahasiswa yang berwirausaha, sebanyak dua dari 17 orang mendapat modal dari orang tua, sedangkan yang 15 orang menggunakan tabungannya sendiri. Justru orang yang minta bantuan orang tua itu tidak bisa menjadi pengusaha," katanya.

Ia juga mengatakan, perusahaan-perusahaan milik negara selalu terbuka bagi mahasiswa yang ingin magang untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya sebagai bekal di dunia kerja.

Sebelumnya dalam orasi di depan ribuan mahasiswa , Menteri BUMN Dahlan Iskan berpesan agar selalu berpikiran positif dan optimis untuk meraih sukses, karena orang yang terus berpikiran negatif dan pesimis tidak akan bisa maju.

Dahlan yang tak sampai lima menit berada di panggung itu mengatakan, orang yang berpikiran negatif akan kehabisan energi dan pikirannya untuk hal yang tidak penting, begitu pula orang yang pesimis, tidak bisa melihat peluang.


Pecahkan masalah

Sementara itu, Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno dalam sambutannya mengatakan, sekarang ini lulusan sarjana semakin ditantang kemampuannya dalam memecahkan masalah (problem solver) dan bukannya membuat masalah (trouble maker).

"Banyak sarjana menjadi beban sosial dan bangsa, karena kelompok pencari kerja sekarang adalah kalangan intelektual. Statistik makin mengkhawatirkan," katanya.

Ia menyebut ada tiga kategori mahasiswa, yakni yang berorientasi akademik murni, berorientasi ke sektor birokrasi dan berorientasi entrepreneuship.

"Tanpa entrepreneuship, dengan lapangan kerja yang terbatas membuat mereka yang nilainya A malah membawa ijasah mencari-cari kerja. Akhir-akhir ini dibuka lowongan kerja untuk PNS tapi peluang 10 kursi yang daftar 10 ribu. Ini membawa pertanyaan bahwa sarjana belum sepenuhnya entrepreneur," katanya. (purnomo/antara)

Selasa, 15 Oktober 2013

Keluarga Korban Penembakan Warga Batam di Malasya Beserta KBRI Kuala Lumpur Akan Menggugat Melalui Proses Hukum

Jakarta,(KepriExpose) | Atas permintaan pihak keluarga, kasus tewasnya empat WNI dalam baku tembak dengan kepolisian Malaysia akan diteruskan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur ke jalur hukum. Sistem hukum Malaysia menfasilitasi dilakukan proses hukum terhadap kerja aparat hukum yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

"Sesuai dengan sistem hukum di Malaysia, ada pengadilan inquest dalam kasus penegak hukum yang dalam operasinya menyebabkan korban jiwa," kata Koordinator Fungsi Konsuler dan Ketua Satgas Perlindungan WNI KBRI di Malaysia, Dino Nurwahyudin, melalui telepon, Senin (14/10/2013).

Untuk keperluan maju ke proses hukum, KBRI menyertakan seorang pengacara untuk mendampingi wakil keluarga melakukan identifikasi fisik kepada jasad empat WNI yang polisi duga terlibat tindak perampokan. Proses identifikasi fisik itu dihadiri pula oleh Dubes RI untuk Malaysia, Herman Prayitno.

"Jasad relatif bersih (dari bekas tembakan -red). Nanti kita mintakan hasil forensik, post mortum dan laporan lengkap polisi. Mungkin dalam satu atau dua bulan lagi (proses hukum dimulai -red)," papar Dino.

Permintan agar kasus penembakan itu dibawa ke proses hukum diajukan oleh keluarga WNI atas nama Wahyudi (28), Hery Setiawan (33) dan Ikroniansyah (25). Mereka yakin ketiganya di Malaysia bekerja secara halal, bukan perampok seperti yang polisi Malaysia duga.

"Disebutkan mereka bekerja di bidang kontruksi, berangkat ke KL kalau ada pekerjaan dan pulang ke Batam setelah proyek selesai. Mereka asal Sumbawa dan tinggal di Batam. Masuk ke Malaysia dengan visa wisata," sambung Dino.

Empat WNI yang tewas itu atas nama Hafat (42), Wahyudi (28), Hery Setiawan (33) dan Ikroniansyah (25). Mereka tewas dalam baku tembak melawan polisi yang menyergap terkait dugaan kasus perampokan sebuah rumah pada Jumat (11/10/2013) lalu. Di dalam data polisi Malaysia terdapat data sidik jadi Hafat.

Upaya maju ke proses hukum ini tidak ditempuh oleh keluarga tiga WNI yang pada Rabu (9/10/2013) lalu tewas ditembak polisi dalam kasus perampokan nasabah bank. Tiga WNI ini tewas dalam baku tembak yang terjadi setelah berkejar-kejaran dengan patroli polisi.

"Keluarga minta agar cepat saja dipulangkan dan dimakamkan di Palembang. Apa pun pertimbangan dan permintaan keluarga, kami akan fasilitasi sepanjang sesuai dengan sistem berlaku di Malaysia," jelas Dino.
(marvin / detik / metro )

Selasa, 25 Juni 2013

NY Times melaporkan pendapatan mereka tumbuh 16 persen didorong oleh pertumbuhan surat kabar digital berlangganan. Bersamaan dengan itu nilai saham mereka juga naik 11 persen.

Perusahaan ang juga menerbitkan surat kabar Boston Globe tersebut menikmati keuntungan yang lebih tinggi daripada ekspekasi pasar sejak menerbitkan surat kabar digital.

"Pertumbuhannya lebih baik dari yang saya kira," ujar analis Benchmark Co Edward Atorino.

NY Times melaporkan pendapatan kuartal empat tercatat naik 5,2 persen menjadi $575,8 juta (Rp 6 triliun) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Tren dalam bisnis surat kabar sudah mulai bergeser, dari mencari iklan ke menggenjot pendapatan berlangganan. Meski pendapatan NY Times naik di kuartal empat tahun lalu, pendapatan iklan justru turun 3 persen.